Erupsi tanduk 

Istighfar…. 

Sedih banget kalau kita entah kenapa harus marah sama anak. Anak kandung kita, anak yang kita sayangi, anak yang belum tahu apa apa, ada yang belum mengerti, anak yang lucu. 

Dulu aku bukan pemarah. Dulu aku identik lembut. Aku juga bukan sabar karena lebih banyak memendam masalah bukan menyelesaikan. Tapi entah kenapa sejak punya anak erupsi tanduk setiap hari. Emosi meledak tanpa terkendali. Marah, teriak, ngambek, melempar sesuatu, nggondok minta ampun, darahnya panas sampe ubun2. Pusing banget gitu jadinya. 

Padahal anak ngelakuin hal sepele. Gak nurut ya wajar. Melakukan hal berbahaya ya gpp,  wong belum ngerti. Anak jatuh kita marah, bilang dia gak hati2. Eh udah sakit ketiban marah bunda pulak. Kita rempong anak nangis minta ini itu. Belum kalau dilarang. Belum kalau tantrum dia tempat umum. Belum lagi rumah berantakan, kerjaan gak kelar2. Fiuhhh… Tarik nafas hembuskan… 

Udah tahu kalau marah ngapain? Diam, istighfar, ambil wudhu, duduk berbaring, tinggalkan, menepi. Gimana mau begitu? Lhaaa wong dia ngintil nemplek plok. Kita tambah kumat ndremimil ngomel. Beuuuuh…. Gak puas puas. 

Padahal kalau ati lagi adem, seneng berbunga bunga. Feel free. Anak mau jungkir balik juga sok wae. Mau tantrum juga tenang aja. Mau berantakan, looos ntar rapikan lagi. Selesai. 

Yang bikin marah kan kita sendiri. Gak bisa mengendalikan. Terlalu perfeksionis. Yang hidup dalam rumah kan bukan hanya kita. Kita mau rapi anak belum paham aturan. Anak mau berantakan, kita aja yang sok banyak kerjaan dan standar tinggi. Kerjaan rumah ya begitulah. Emang gak bakal kelar. Yang penting suami juga ngerti. 

Kita lagi mood swing. Sedih. Dan segala perasaan yang ada. Ujungnya lari ke anak. Padahal hak anak, kita berikan wajah asuh yang baik. Gak peduli gimana kita, anak kita butuh kita. Anak kita tetap ceria. 

Suka nyesel gak habis marahin anak? Dipelukin, diciumin pas tidur. Nah… Jangan ulangi. Belajar belajar belajar. Masa kecil anak hanya sebentar. Apa yang kita lakukan akan tertanam padanya. Kita ini teladan. Kita ini teman, pelindung, malaikat nya. Lha kok kita jahat saya dia. Lagian anak kan punya Allah. Kita ini dititipi. Ya sudah seharusnya dijaga yang baik. Gitu toh? 

Beraaaat. Iya berat. Tapi lebih berat mana ntar tanggung jawab pas di akhirat? #nangis… 

Bismillah, ayok niat lebih baik. Kita Insya Allah dikasih seperangkat amanah plus software nya . Minta Allah kuatkan lembut kan. Insya Allah jadi orang tua amanah 👪💞💕

Kelelep 

Bismillah… 

Pernah merasakan hal yang sama? Kelelep dalam jutaan informasi yang berseliweran dalam timeline kita. Yes dunia sosmed memang mempesona. Tapi masak iya mau menghabiskan usia dengan terus mengikutinya? Kita mungkin sudah jarang keluar rumah bertemu manusia secara asli dan nggosip. Mungkin kalau ketemu hanya sapa basa basi. Gak kenal tetangga dan EGP. Hanya sesekali ngaji, meski kadang hanya numpang momong anak. Hiks… 

HP ini udah kayak nyawa astagfirullah. Hilang sedikit dari pandangan mata udah langsung bleng hati dan pikiran. Khawatir ada yang tertinggal dan perasaan lainnya. Kemana pun dibawa. Nempel, lebih lengket daripada anak atau suami. Dudududu… 

Ada puluhan grup WA, ribuan chat, Facebook, IG, BBM, line, belum aplikasi belanja online. Kerjaan tersibuk kita adalah menyapu setiap update sosmed tersebut. Allahuakbar… Berapa jam dalam sehari habis untuk itu semua. Padahal yang dibutuhkan di akhirat itu amal. Ke kuburan gak bakal diselipin HP. Ya Allah buat aku tobat dari makhluk sosmed ini ya Allah huhuhu… 

Beramal nya cukup menuntut ilmu yang diperlukan. Silaturahim sesekali. Tebar ayat dan hadist sekali setiap hari. Ikutan kuliah WhatsApp nya terjadwal. Begitu pun kajian streaming nya. Baca Qur’an manual aja jangan pake aplikasi #jleb. Kalau yang jualan ya diwaktuin aja pegang hp nya. 

Susah? Bangeeeet… Lebih milih pegang hp daripada we time sama suami. Lebih milih lengket sama hp daripada main sama anak. Sibuk wira wiri di sosmed eh orang tua lupa di telpon. Sibuk ngomentarin orang kita gak pernah belajar. Buku yang udah kebeli numpuk gak kebaca. Kajian yang udah di donlot lupa gak ditonton. Sibuk ngobrol dzikir dilupakan. Ibadah berkurang. Lha kita hidup ini buat apa? #tertohok 

Belum lagi kerjaan rumah tangga dikorbankan, terbengkalai gak selesai selesai. Males masak. Setrikaaan numpuk. Cucian lupa digiling. Lantai belum di pel. Ikhtiar bereskan standar pagi baru pegang hp. Ikhtiar nemenin anak tanpa pegang hp, eh si anak minta yutub an. Kan elo yang ngajarin #plak. Gak maenan hp pas we time sama suami, eh doi asik sendiri. Dikata lagi sibuk kerja atau lagi seru debat komen. Eleuh… 

Mari fokus para prioritas. Banyak hal menarik tapi kita gak boleh tertarik. Banyak hal melenakan tapi kita tak boleh terbawa. Kejar passion kita. Kenali potensi diri. Belajar banyak ilmu untuk menyelami universitas kehidupan. Dan mari kembali pada misi kehidupan dan keluarga kita. Pasang target dan taklukkan dunia. Keras pada diri sendiri dan yang lain akan melunak dengan sendirinya. 
Writing for healing. Menulis untuk menasihati diri sendiri 

Semangat bunda Nafa 💪💪💪

Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah 

Itu judul materi matrikulasi kali ini. Kita sudah memasuki babak ketiga. Dimana saya harus menyelam, tenggelam, kemasukan air, hopeless. Oh no, ini bagian yang memang harus saya cari. Potensi dan visi misi keluarga. 

  1. Poin pertama ini, tugasnya unik. Membuat surat cinta untuk suami. Tidak  sederhana menuliskan. Tidak sederhana menghadirkan tunas cinta dan suasana romantis di dalamnya. Tidak sederhana ketika menunggu responnya. Surat cinta yang saya buat kurang lebih berisi ingatan tentang pernikahan kami. Memandang fotonya saja, saya terharu. Saya teringat aqad saya dengan Allah. Berat. Mengambil amanah ini ketika usia 23th. Memilihnya untuk menggenapi saya. Demi Allah hal pertama yang saya syukuri dari pernikahan ini adalah adanya sebuah penjagaan dari fitnah. Selanjutnya saya belajar banyak hal. Terima kasih ya atas banyaknya perbedaan diantara kita. Membuat saya belajar memahami. Lebih banyak berisikan rasa terima kasih saya kepada suami. Dan berjanji untuk lebih baik lagi menjadi istri. Juga doa semoga Allah kuatkan pernikahan kami, menolong kami dari segala ujian rumah tangga. Respon suami? Surat saya ketik di Word, saya berikan saat berangkat kerja via flashdisk. Beliau baca waktu di kantor. Memfotonya dan mengirimkannya lewat WA dan bilang I Love You too. Selepas pulang dia memeluk saya, bilang terima kasih sudah membuat surat cinta untuknya. Oke, bagi saya itu cukup. Saya tipe wanita yang menginginkan suami bilang cinta setiap hari. Melalui kecupan dan pelukan. Meski cinta itu sudah bekerja melalui perjuangannya untuk keluarga ini. 
  2. Poin kedua tentang potensi anak. Nafa 18bulan. Merupakan tipe anak kinestetik. Energinya penuh untuk selalu bergerak. Hatinya perasa. Memiliki kemauan dan tekad yang kuat. Tahan banting. Mudah bergaul. Cepat adaptasi. Memiliki keberanian di ruang publik (pede). Cepat menangkap perintah. Sering melakukan hal hal yang bikin melting. Tidak suka permainan kecil. Lebih suka bergerak di rumah outdor. Gampang meniru dan menyerap hal baru. Saklek jika sudah memiliki sesuatu dan tipe anak prosedural. Ringan tangan membantu menyetrika, menjemur pakaian, menyapu, mengepel, membereskan peralatan mandi, menyiapkan perlengkapan sebelum pergi, mengingatkan mengancing helm. Pengingat ulung. Sepertinya kalau sudah berbicara dia menjadi penanya hebat. Rasa ingin tahu dan mencobanya besar. Semoga menjadi pembela Islam akhir jaman. 
  3. Potensi diri. Nah ini tugas yang menurut saya paling susah. Tapi harus ditemukan. Saya saja mudah membuat potensi anak. Bagaimana mungkin saya tidak sanggup melihat potensi saya sendiri. Suatu kali di dalam wawancara kerja, saya kebingungan menyatakan potensi saya yang ternyata bertolak belakang satu sama lain. Saya bertanya kepada orang lain tentang saya, jawabnya berbeda. Nah karena sekarang saya hanya di rumah maka yang biasa melihat saya hanya suami dan anak saja. Saya pikir potensi itu bisa dipengaruhi oleh passion. Passion saya di rumah. Ngurus rumah dan bermain dengan nafa. Saya tidak bisa menyebutkan potensi itu apa tapi saya bisa bercerita seperti apa saya. Mungkin ke depan saya butuh konsultasi ke psikolog untuk memudahkan saya memilah potensi saya. Saya orangnya terjadwal, setiap hari saya menuliskan apa yang harus saya lakukan. Meski di rumah, saya harus merinci apa saja yang harus saya kerjakan di hari ini. Supaya tidak terlupa saya bikin checklist. Pasti ada dimana hari itu saya begitu produktif. Jam sekian semua checklist terlaksana. Tinggal menemani nafa main dan mencari ilmu di grup yang saya ikuti. Tapi masalahnya jika ada hal yang merusak jadwal saya sehari itu, saya menjadi badmood. Cenderung stress. Saya suka meletakkan sesuatu di tempatnya. Tidak suka berantakan. Jadi kadang capek sendiri. Namanya punya anak kecil pasti berantakan. Apalagi kalau ada suami di rumah. Itu yang terkadang membuat saya melengking. Itu juga yang membuat saya berada di rumah ini. Sebagai reminder dan cleaner. Suami tipe berfikir acak penuh kejutan dan saya tipe sistematis. Suami pelupa mudah berganti jadwal. Sedangkan saya yang mengingatkan dan meluruskan untuk fokus. Karena saya tidak bisa menyalurkan energi saya di luar rumah, maka Allah memberikan saya anak dengan tenaga luar biasa yang harus saya habiskan. Saya suka membantu orang lain. Rasanya bahagia setelah itu. Meski hanya memberi informasi tertentu yang dibutuhkan. Saya suka silaturahim,sama seperti suami. Saya suka menulis. Suka juga bikin mind mapping sebagai sarana healing. Oke, saya akan belajar lagi memetakan fitrah, passion,dan bakat saya. Dan fokus atas prioritas saya. Sepertinya yang saya tulis masih belum teratur. Semangat berproses 💪
  4. Tempat tinggal. Saya bersyukur hidup saya nomaden. Saya bisa belajar banyak hal. Saat ini saya tinggal di kontrakan petak wilayah Pondok Ranji. Saya suka karena disini suasananya seperti kampung. Bisa melihat Situ Bungur. Melihat pohon melinjo yang tinggi ciri khas pegunungan. Meski suasana kampung,tapi segala fasilitas mudah. Tempat hangout,masjid yang berisi kajian bagus, tempat rekreasi, permainan anak, tempat belanja, pasar, sarana transportasi. Lengkap. Alhamdulillah. Begitu nyaman rasanya. Saking nyaman nya. Saya belum terpanggil untuk berkiprah apapun disini. Sedang berusaha menjadi komunitas yang saya bermanfaat di dalamnya. Sedang menerapkan adab bertetangga yang baik. Meski tetangga yang samping kanan kiri belum tentu dalam seminggu bisa bertemu hehe. Semoga bisa meninggalkan jejak kebaikan dimanapun tempat yang Allah berikan. 

Sekian 

Bismillah semangat berproses 💞

Inner child 

Entah sejak kapan aku merasa mulai PPD. Ada yang aneh kenapa aku terus terus an marah sama orang di rumah. Kayak semacam dikasih jalan buat ngeluapin semua gitu. Padahal dulu mau punya masalah  atau semarah apa juga diem aja. Bukan karena sabar sih, males ribet dan ribut. Jadi bukan menyelesaikan masalah tapi menghindari. Malah jadi bom waktu. Meledak lah sekarang. Pas mulai parenting… 

Tapi Masya Allah, Allah selalu kasih ilmu di saat yang tepat kan ya. Jadi tiap ada kajian parenting itu ada istilah inner child. Sekarang harfiah sih gak begitu paham. Cuma seperti ini diri kita di masa lampau yang keluar menjadi singa karena beban psikologis yang belum tuntas. Dan pedihnya kata quotes yang menyebutkan bahwa :

Masa lalu yang gak beres akan menyisakan banyak luka saat mendidik anak anak kita 

Jleb bangeeeet. Maka  mari putus kan rantai nya. Dengan apa? Memaafkan orang orang yang menyakiti kita, termasuk mungkin pendidikan orang tua kita. Berdamai dengan segala drama masa remaja. Dan terus memantaskan diri dengan peran saat ini. 

Duhai orang tuaku terima kasih untuk tetap utuh di tengah segala badai. Terima kasih sudah berlapang dada berpisah dengan anak anak demi pendidikan mereka. Terima kasih telah mengusahakan segalanya untuk kami. Terima kasih kesempatan lebar yang diberikan hingga kami mengenal dunia luar yang begitu indah. Semoga kalian menyusul mendapatkan hidayah Allah. 

Duhai masa remaja. Maafkan aku yang terlena. Ampunilah aku yang penuh zina. Allah lapangkan hati ku untuk memaafkan dan dimaafkan oleh orang yang pernah olah rasa bersama ku juga keluarga nya. Tutup aib ku dan ampunilah dosa ku Ya Allah. Jika kami bertemu. Pertemuan yang baik dan dada yang tenang lah yang kami harap. Leburkan dosa2 kami. Tidak ada yang lebih baik. Kita lah yang harus selalu mengupayakan kebaikan. Ya Rabb jadikan hidup ku diisi taubat sepanjang hayat. 

Kakak ku, semoga Allah menjaga mu. Tegar lah bersama ujian. Dan bersegera lah mandiri. Maafkan adikmu yang tak menyentuh mu dengan pemberian terdekat. Aku ridho dengan apa yang telah aku upayakan untuk mu. 

Wahai para murabbi, semoga Allah membalas segala kebaikan kalian. Terima kasih untuk selalu melindungi ku sebagai adik. Terima kasih untuk setiap senyum kalian. Maaf ya aku bandel banget jadi murid, aku tahu kalian sayang banget sama aku. Terima kasih telah mengajak ku tetap di jalan ini. Jalan dakwah  yang kita cintai 

Sahabat ku semoga Allah kekalkan ikatan kita sampai jannah. Semoga tak lagi ada jeda dalam hati kita. Semoga kita saling berprasangka baik. Mendoakan kebaikan. Cari aku kalau kalian udah ada di surga 

Suamiku, ya Allah jadikan ridho nya adalah kemenangan ku. Jadikan aku ahli surga karena bersyukur atas segala pemberian dan sikap nya. Tunjuki lah kebaikannya. Tumbuhkan cinta yang dalam di hati kami. Sertakan kami sakinah. Turun kan berkah dan rahmat kepada keluarga kami. Dan kumpul kan kami sekeluarga di jannah mu duhai Rabbi 

Anak ku. Sudah kah aku menjadi ibu yang baik? Sudah kah aku ber riang muka? Sudah kah aku melembutkan suara ku? Sudahkah aku menemani mu menemukan bakat mu dan menyemai fitrah mu. Anak ku, berapa banyak hak yang tidak kau terima dariku? Apa kau menemukan surga di telapak kaki ku? Apa kurang hangat kah dekapan ku? Kurang lama kah pelukan ku? Duhai Allah jadikan ia penyejuk mata. Jadikan ia ladang amal. Jadikan ia tabungan. Dan jangan jadikan ia fitnah. Maafkan ibu mu nak.. Mari bersama belajar #hug


Tulisan ini dibuat untuk menepati janji ku sama ummi Aniya. Mohon maaf belum bisa menyetor tugas konseling sama ummi. Ummi kalau ummi udah di surga panggil endah ya. Terima kasih sudah membantu memetakan masalah endah. Memetakan dendam. 

Sekarang saatnya endah memaafkan berdamai dan terus berjalan 

Masih banyak peran hebat yang menunggu di depan sana 

Masa lalu, terima kasih ya…aku gak akan sampai di sini tanpa bertemu denganmu 
Masa depan tunggu aku. Mari berjalan dengan ridho Allah 

#writingforhealing 

Checklist Indikator Profesionalime Perempuan 

Menjadi Ibu profesional kebanggaan keluarga 

Keyword :

  • Spesifik
  • Measurable 
  • Achievable
  • Realistic 
  • Timebond 

Berikut adalah Indikator yang saya buat untuk memenuhi tugas matrikulasi IIP batch 3

Sebagai individu :

  1. Ketika mendengar adzan langsung ambil wudhu, selambatnya maksimal 15menit 
  2. Menjalankan sholat sunnah 
  3. Dzikir dan berdoa setelah shalat minimal 5menit 
  4. Mengikuti kajian offline satu kali dalam satu pekan dan online setiap hari 
  5. Sedekah setiap hari Jumat 
  6. Tilawah sehari 1 juz
  7. Tebar hadist dan ayat Qur’an setiap hari di Instagram 
  8. Membaca buku minimal 5 lembar per hari kecuali sabtu minggu 
  9. Olahraga pagi hari minimal 5menit 
  10. Pegang HP setelah standart pagi selesai 
  11. Makan teratur mengikuti sunnah dan petunjuk dokter (karena punya maag)

Sebagai istri :

  1. Rajin mijit 
  2. Buka pintu siap siaga ketika pulang 
  3. Mandi pagi dan berhias ketika suami pulang 
  4. Membuat kue homemade 
  5. Mencukupkan anggaran sampai akhir bulan 
  6. Memakai baju anti emak – emak. Suami yang memilih ketika mau beli 
  7. We time dengan makan
  8. Segera menyahut ketika dipanggil 
  9. Segera menunaikan perintah suami 
  10. Memanggil dengan kata-kata sayang 

Sebagai ibu:

  1. Menemani main tanpa gadget 
  2. Membacakan buku 
  3. Menyuapi 
  4. Mengajak bersepeda atau bermain di luar 
  5. Diajak ke tempat yang penuh mainan dan anak-anak 
  6. Melihat kuda 
  7. Rajin dipeluk dan dicium 
  8. Naik odong-odong 
  9. Beli jajan dan milih sendiri 
  10. Segera menyusui ketika diminta 
  11. Gak marah ketika standar pagi dan waktu sibuk atau capek

Bismillah, semoga menjaga peran menjadi lebih baik 👪👪👪👪👪

Cinta itu jatuh pada Al Qur’an 

Tulisan ini merupakan tugas pertama di matrikulasi Institut Ibu Profesional batch 3. Materi pertama nya adalah adab menuntut ilmu. Tugas pertama  ini begitu menelisik. Seperti tamparan, kita ini sudah melakukan apa saja selama usia kita. 

Allah yang menciptakan kita. Allah yang membuat kita ada sebagai khalifah di bumi ini. Kita punya panduan. Kita punya tujuan akhir. Kita punya kenikmatan. Kita diberikan akal supaya berfikir. Kita diberikan ujian supaya kita naik kelas dan matang dalam beriman. 

Dalam dunia pendidikan formal. Kita kecil, diminta main- main. Kita sedikit besar,  kita belajar segala hal. Semakin besar kita diminta memilih jurusan. Dan ketika dianggap besar kita diminta memfokuskan jurusan kita. Semakin detail. Dan kemudian menjadi keahlian.

Islam itu nilai yang meliputi segala aspek kehidupan. Dan semua aspek itu dibutuhkan ilmu. Ilmu Allah begitu luas, tiada habisnya. Semakin kita tahu semakin kita merasa tidak tahu.   

Banyak sekali ilmu yang ingin diraih. Karena saya merupakan seorang anak, maka saya belajar berbakti. Karena saya seorang istri maka saya belajar taat. Karena saya seorang ibu maka saya belajar mendidik. Karena saya bagian dari masyarakat maka saya belajar memberdayakan. Dan tugas utama saya sebagai hamba Allah,  dimana saya wajib belajar menjadi muslim yang kaffah. 

Maka cinta kepada semua peran dan ilmu itu saya letakan pada Al Qur’an. Tidak ada yang lebih baik selain belajar Al Qur’an. Karena dia panduan dalam kehidupan. Panduan dalam menjalani setiap peran. Dia petunjuk. Dia peringatan. Dia ibu semua buku. 

Dengan Al Qur’an saya mengusahakan mahkota untuk orang tua saya. Dengan Al  Qur’an saya membina rumah tangga. Dengan Al Qur’an saya belajar mengeja a ba ta tsa bersama anak saya. Saya ingin menjadi guru pertama yang mengajarkan al fatiha. Di mana surat itu akan dibaca dalam rakaat sepanjang hidupnya. Dengan Al Qur’an, saya mengabdi kepada masyarakat. Memberikan manfaat. Serta menabung untuk akhirat. Dan dengan Al Qur’an, semoga menjadi cara komunikasi terbaik  saya dengan Allah. 

Sudah sejauh mana saya berusaha? Belajar mendekat dengan Al Qur’an. Dengan belajar terprogram dalam sebuah kurikulum tahsin. Dengan banyak bergaul dengan orang-orang yang sering berinteraksi dengan Al  Qur’an. Dengan rajin membaca dan mentadaburinya. Dengan mengamalkan dalam keseharian. Dengan mengikuti kajian. Dan berkumpul dalam majelis yang sali mengingat tentang Al Qur’an. 

Semua usahakan diatas juga didukung dengan memilah makanan halal yang masuk ke dalam tubuh. Mendisiplinkan diri dalam adab belajar Al Qur’an. Mencapai target harian dalam berinteraksi dengan Al Qur’an. Menjaga sikap dan lisan. Menetapkan waktu asasi salam berinteraksi dengan Al Qur’an. Berdoa. Belajar sungguh-sungguh. Dan yang paling penting adalah sedikit demi sedikit menjalankan isi dalam Al  Qur’an. 

Begitulah. Semoga cinta jatuh tepat pada tempatnya. Semoga cinta ini membawa segala perubahan ke arah yang lebih baik. Aamiin 

Masak 

Entah kenapa lagi males masak. Males ke pasar dengan harga bahan yang wow banget. Masak pun rasanya hmmm gak seperti yang dibayangkan. Padahal hari ini bikin sop spesial pake daging. Rasanya sama aja. Bau langu bawang yang pffff. Itu resep turunan dari ibuk. Tetapi kenapa rasanya jauh berbeda. Oke fine…. 

Aku sedang rindu sama masakan ibuk, masakan kampung, masakan mbah, masakan bulek, masakan Blora 

Sayangnya paksu gak selera sama masakan sana kalau aku yang bikin hahahaha…

Kalau beli makan di luar rasanya pas pasan. Gak ramah anggaran pulak. 
Jadi apakah yang harus aku lakukan 
Mengenakan perasaan dulu ajalah ya 😂😂😂😂

Popok 

Kali ini tentang cerita perjalanan popok nala faradisa.  

Sebelum nongol, udah terdoktrin pake clodi. Sejenis popok kain yang bisa dicuci ulang. Sampai belajar tentang per clodi an yang malah bikin mabok hahahaha. Saking banyak merk dan harganya. 

Akhirnya nabung sedikit2. Beli di temen sendiri. Alhamdulillah dapet 9biji bonus satu. Seneng banget deh berusaha menolak pospak yang mahal dan nyampah itu. 

Pas baru cenger tentu saja nafa pake pokok tali yang berpuluh2 habis buat beberapa jam saja. Capek nyuci keringnya. Kalau malam harus bangun bolak balik buat ganti. Gak berani langsung pake clodi soalnya masih kegedean. Gak pake pospak juga khawatir kulitnya masih sensitif. Padahal mah dari rumah sakit juga dipake in pospak. Besok lagi kalau adiknya nafa lahir,malem pakein pospak aja kali ya. Biar tidurnya semakin berkualitas. Maksudnya gak kebangun2 karena basah. 

Nah selama perjalanan pake clodi sebenarnya gak seribet yang dibayangkan sih. Harus rajin ganti, nyucinya bener, rajin stripping. Cuma sekarang semakin besar dia makin pinter nyopot clodi sendiri. Kan gaswat. Tetiba gak pake apa2 lagi. Clodi juga gak aku pakein kalau pergi2. Nah daripada itulah. Sekarang ada pajak pospak satu pack tiap bulannya. Rekor pas mudik hampir 4pack selama sebulan. 

Yang penting bagi nafa adalah popok nya longgar. Dia pake size L. Biar gak sakit di kulit karena kesempitan. Terus rajin ganti. Soalnya kalau kelamaan, selain berat kulit nafa sensitif. Ruam deh jadinya. 

Nah pemakaian pospak ini membuat emaknya keranjingan tiap kali ada diskon. Yang penting banyak dan murah. Atau merk apapun yang penting diskon. Ditambah tiap weekend tiap grup udah nge posting promo di mart2 gitu. Sementara nafa jajannya pospak dulu ya hehehe… 

Tinggal belajar cara membersihkan pospak sama buang sampah nya. Semoga ini ikhtiar terhindar dari najis. Dengan cara sederhana dan berbayar. Semoga kelak bisa nyapih pospak dengan sukses. Aamiin 

Benci 

Judulnya bikin nyesek deh. 

Pernah gak kalian benci banget sama orang. Dan itu dalam rentang waktu yang cukup lama. Sampai sekarang dan belum hilang. Padahal bertemu sering. Kejadian lalu yang mungkin sudah terlupakan dan bisa jadi tak termaafkan. Ahh jahat sekali begitu. Bukannya sebelum tidur kita harus memaafkan kesalahan orang lain. Ahh naif sekali, kita pun tak rasa buat salah sama orang. Manusia tempatnya salah bukan? 

Bagaimana mengubah benci ini menjadi pelangi? 

Kalau saja menyebut namanya saja lidah ini kelu. 

Mendengar namanya saja telinga ini risi 

Dosa besar kah dia?  Tidak 

Hati kita yang salah. 
Duhai Rabbi cabutlah benci ini

Karena dia sampah 

Hati kita bukan tempat sampah bukan? 

Emak2 Monster 

Enggak tahu kapan mulai nya. Tapi aku merasakan perubahan yang sangat drastis. Katanya sih dulu aku lembut sabar nananina seperti ituh.  Sekarang mah boro2. Kalau pengen marah2 ya marah,galak, gak sabaran, grusa grusu gak tenang, esmosi an mulu deh pokoknya.  Masalahnya aku belum pernah merasakan seperti ini. Begitu panasnya hati ketika marah. Kesel bgt ampe pengen jumpalitan rasanya.  

Dulu katanya aku orangnya ngemong. Pendiem. Gak suka apa juga ngejeglek wae. Nah sekarang kayaknya malah hobi marah2 ke orang2 terdekat. Kalau ketemu temen juga anyep cuek aja tuh. Yakali aku mau nyalahin hormon yang acak adut. Dari perawan lagi haid juga baik2 aja gituh.  

Sedih nangis guling2 deh kalau udah keceplosan marah kasar sama anak. Nyesel nya parah. Tapi enggak kapok.  Ini emak2 minta digaplok sendal biar tobat kayak nya. Kenapa jadi monster buat anak sendiri gt.  Kan kasihan anak. Mana dikasih anak yang super aktif lagi.  Jadi malah gak bersyukur kan, anak yang lain mah anteng wae, kenapa anak aku rungsing banget yak. 

Paksu juga kebagian semprot tiap pagi. Jaman mulai ngontrak dan udah beranak.  Gak bisa menerima waktu.  Capek bgt subhanallah. Rasanya gak ada berhenti2nya kerjaan rumah ngurus anak.  Apalagi kalau pagi wah udah deh bawaannya panas mulu.  Mana udah keburu laper banget lagi habis nyusui. Bisa ngerjain semua kalau anak tidur. Lah kapan istirahat nya kalau begitu. Yang bikin melow lagi, enggak ada tukang pijet perempuan di sini. Sengsara deh.  Mana kalau ke salon kan lama antri ama proses nya. Udah keburu anak rewel. 

Alhamdulillah sekarang lebih santai. Pagi-pagi laper ya beli sarapan. Habis itu baru masak.  Pokoknya gak boleh telat makan. Udah males bolak balik berobat karena penyakit lambung. Sesering mungkin sesempatnya harus ada makanan yang masuk.  

Anak udah masuk setahun enggak seatraktif dulu.  Sukanya jalan keluar aja sekarang mah.  Naek sepeda an.  Santai.  Rumah gak berantakan banget. Semoga semakin kesini semakin ilang itu hobi marah2 nya.  Udah tahu masalah nya dan udah paham obat nya. 

Yang jelas perbaiki hubungan sama Allah. Meski shalat khusyuk tetap menjadi cita2,tilawah sembunyi2 khawatir Qur’an habis dirobekin.  Menjaga peran dengan meminta kekuatan sama Allah. Kuat ruhiyah itu modal. 

Ada suami yang sayang dan support.  Kalau emaknya hatinya bahagia pasti nular juga ke seisi rumah. Jangan biarkan istri jablai aja pokoknya mah.  

Piknik… Hmmm perlu juga sih. Setidaknya kita ada media ngobrol, me  time sederhana dengan makan, atau home treatment bahkan bisa mandi dengan sepuasnya aja udah seneng. Sekali kali makan bareng di luar.  Silaturahmi. Piknik serius keluar kota.  Mudik.  Atau sekedar dateng kajian. 
Semoga menjadi istri ibu yang lebih baik lagi. 

Targetnya balik ke karakter yang dulu.  Sama orang lain aja bisa sabar lembut masak sama anak suami engga. 

Enggak mau dipandang anak sebagai emak2 devil. Sedih rasanya, merasa bersalah…. 

Ya Allah ringan kan hati ini, kuatkan fisik ini, dan tentramkan hati ini. Aamiin